Foto: Sulthan Alfaraby
BANDA ACEH|TransindoNews.com – Kabar pemerintah untuk mengimpor beras sebanyak satu juta ton banyak menuai protes dari berbagai kalangan. Terlebih ketika kabar tersebut beredar ketika akan dilakukan panen raya.
Mahasiswa Aceh, Sulthan Alfaraby mengatakan bahwa mengimpor beras akan berefek pada nasib petani lokal. Dia berharap, pemerintah harus berhati-hati dalam perencanaan impor beras tersebut.
“Selaku negara agraris, negara yang lahannya sangat luas untuk diberdayakan hasil pertanian dan perkebunan, harusnya kita bisa memberdayakan itu semua dengan optimal. Kasihan petani-petani kita hari ini butuh dihargai kerja kerasnya selama ini, terutama dalam menyediakan stok pangan bagi negara sehingga tak ada gejolak dalam ranah politik dan sosial,” ujarnya, Minggu (21/03/2021).
Penulis buku “Cahaya di Dalam Gelap” itu juga menjelaskan bahwa Indonesia hari ini butuh perencanaan yang matang dalam mengoptimalkan produk dalam negeri agar tidak sering mengimpor.
“Jangan sampai alasan ketersediaan stok beras menjadi momok menakutkan. Hari ini, kita punya barang (beras) dan sumber daya kita lengkap semua. Kecuali, jika kita tidak punya apa-apa, baru kita impor. Kenapa tidak dioptimalkan hasil dari dalam negeri? Saya rasa, impor beras adalah hal yang berlebihan, apalagi isu krisis pangan belum tentu terjadi” ujarnya heran.
Dia juga merasa malu ketika melihat kondisi tersebut. Sulthan Alfaraby menegaskan jika Indonesia harusnya tidak perlu impor beras lagi.
“Jujur, saya malu. Harusnya kita tak usah impor lagi soal beras, petani-petani dan kekayaan alam kita berpotensi, tinggal bagaimana pemerintah memberdayakannya. Saya juga pernah dengar-dengar saat di Aceh Barat, katanya dalam satu lahan punya potensi menghasilkan (padi) sampai tiga kali setahun, dari sebelumnya yang hanya sekali atau dua kali. Nah, ini harusnya dikembangkan dan dikolaborasikan dengan perkembangan teknologi,” tambahnya.
Bahkan dia mengatakan bahwa jangan sampai rencana impor beras, mengakibatkan berton-ton beras menjadi mubazir akibat tidak tahu dibawa kemana.
“Kita selaku generasi bangsa juga takut jika beras-beras (impor) menumpuk stoknya dan ujung-ujungnya mubazir. Kita harap pemerintah mempunyai solusi jangka panjang, baik perencanaan sampai dengan penyaluran sisa beras jika nanti memang mendadak atau ngotot harus diimpor. Karena jika tumpukan beras itu tidak segera tersalurkan, maka mutu beras akan menurun karena ada batas mutu pangan,” harap mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry tersebut.