Adiat Santoso Calon Legislatif DPRD Kab Sragen,Jawa Tengah .
Editor/ By : yoelianto
SrNoagen / TRS l Agenda besar 5 (lima) tahunan, Pemilu (pemilihan umum) menjadi bukti satu-satunya bagi setiap orang, untuk bermimpi agar bisa menduduki kursi legislator di gedung DPR, DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, bahkan menjadi senator di Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Kompetisi Caleg ,( calon legislatif ) ini pun bagian dari momentum untuk Pemilu tahun 2024 mendatang. Terlebih kehadiran banyak partai politik (parpol), telah membuka sebesar-besarnya peluang bagi setiap warga negara untuk dapat menjadi calon wakil rakyat.
Kesempatan tersebut menjadi harapan besar bagi banyak orang untuk memiliki kesamaan hak bisa duduk di kursi kekuasaan pada tingkatan yang diinginkan.
Salah satunya Adiat Santoso atau biasa akrab di sapa Edot, menyampaikan pada awak media di rumah kediamanya, Desa Geneng Duwur, Gemolong, Sragen Ia berkeinginan meraih kesempatan bakal calon legislatif daerah di Kabupaten Sragen dengan cara membentuk relawan yang disebut RENCHANGE ADIAT SANTOSO (Mas Edot)
Generasi muda asal Gemolong, Sragen, ini berkeinginan menjadi Caleg, dikarenakan ingin menghibahkan dirinya kepada masyarakat daerah pilihannya nanti sebagai perwujudan amal yang lebih luas.
Sementara, ramainya orang menjadi Caleg ini tentu memicu banyak pikiran dan pandangan yang menyebutkan sisi mana enaknya menjadi wakil rakyat, sehingga memacu orang berkompetisi memperebutkan kursi empuk yang disediakan.
Konon, salah satu pikiran mendasar orang yang bermimpi menjadi wakil rakyat, yakni tergiur dengan gaji yang besar, meski tidak semua tingkatan sama, dimana gaji wakil rakyat di DPR RI, DPD tentu lebih besar di atas DPRD Provinsi atau DPRD kabupaten/kota.
“Jadi wakil rakyat itu adalah sebuah hak setiap orang, namun jangan berorientasi hanya dikarenakan gaji yang besar tapi lebih kepada amanah untuk memenuhi harapan masyarakat atau konstituen,” ungkap Edot, Selasa (9/5/23).
Menurutnya, orang bisa berpikiran menjadi wakil rakyat adalah sebuah kesempatan karena hanya terbersitnya sepengal saja, yakni gaji, tunjangan ataupun insentif yang diasumsikan besar.
Tapi tuntutan secara kepartaian dan konstituen serta integritas selaku wakil rakyat kerap tidak dipikirkan banyak orang.
“Ya, kalau berpikirnya hanya gaji, anggota dewan selalu nantinya akan dicap minor dalam kinerjanya,” tukasnya.
Edot memiliki harapan, paradigma penilaian kinerja Dewan yang selalu santai harus dibuang secara total, setidaknya kata dia sudah saatnya para Caleg membuka wawasan dan cara pikir masyarakat,
”Bahwa kinerja lembaga legislatif tidak lain memperjuangkan aspirasi rakyat dan sebuah amanah yang dipercayakanya,” pungkasnya.